Selasa, 20 November 2012

SURAT UNTUK MANTANKU


Assalamualaikum wr...wb...
Semoga kau sehat dan selalu dalam lindungan-Nya....

Segalanya sudah usai. Apa yang pernah terucap dahulu, kini hanya tinggal sebuah cerita untuk diingat. Aku tak tahu itu sebuah dosa bila tak tertunaikan, atau akan dimaafkan sesuai kondisi dan situasi yang telah terjadi. Pastinya, bukan aku menghendakinya. Aku tak jua mengatakanmu, tapi hanya permintaan alam dan sekitarnyalah yang menjadikan kita bak minyak dengan air.

Hampir setahun aku menjalani hubungan berkasih dan bersayang denganmu. Durasi perjam rasanya ingin kujadikan perdetik, perbulan ingin kujadikan perminggu, sebab aku ingin cepat-cepat mengimamimu. Cerita sudah banyak terangkai, kisah jua sudah berjibun tercipta. Antara aku dan kau adalah kebahagiaan pada saat itu.

Aku tahu, kisah akademik diriku tidak seindah yang kau harapkan dan seberuntung mereka-mereka yang beruntung. Akan tetapi, dulu kau selalu menyemangatiku. Hingga aku berniat kembali untuk menapaki kembali jejak akademik-ku yang tertinggal dahulu. Kulakukan hal itu untukmu, untuk semua orang yang menginginkannya.

Langkahku terhenti, tak mau maju lagi. Bom semangat sudah sirna, dan membisu tanpa adanya pesan yang dapat kujadikan motivasi. Aku tak tahu kenapa, pastinya adalah kebenaran jua bagimu memilih jalan itu. Tak elok, tak layak seorang cerdas dan berilmu pengetahuan berdampingan dengan seorang yang serba keterbatasan. Bukan jua keterbatasan, akan tetapi memang kekurangan. Apa yang akan terjadi pada masa depanmu nanti jika berpapasan denganku? Pasti suram.

Keputusanmu itu adalah kebahagiaan kelak untukmu, mungkin. Tapi, bagiku itu adalah sebuah kekecewaan yang bertahta dalam jiwa dan hati. Kecewaku bukan karena harus berpisah denganmu, bukan karena itu. Aku kecewa sebab ada janjiku belum terlunasi, dan ada banyak kata yang masih belum sempat kusampaikan untuk menjadikanmu seorang berguna.

Kusadari pula kapasitasku. Tak pantas seorang pengangguran menasehati calon Sarjana. Hal itu tak akan kau dengar. Pun kau dengar, hanya bagai telinga kuali, masuk kanan keluar kiri. Entahlah! Semoga saja kau bisa menjadi lebih baik setelah hengkang dari pangkuan hatiku.

Kala kuingat masa-masa bersama kita, semuanya menjadi buram. Sudahlah. Aku tak mau larut dalam cerita sedih ini. Biarlah kau mencari yang terbaik buat dirinya. Manatahu, nanti kau akan menemukan seorang yang bisa membuat dirimu lebih bahagia ketimbang denganku. Kau menemukan seorang yang sukses akademik, sesuai pintamu padaku. Semoga saja kau dapati itu. Amiin.

Cinta tak harus memiliki, sayang tak harus memegang, akan tetapi bagaimana kita mengikhlaskan dan selalu mendoakan agar yang kita sayang menemukan yang terbaik dalam hidupnya. Kukira begitu saja yang harus kulakukan sekarang.

Kesuksesan bukan saja di bangku perkuliahan yang akan kita dapatkan. Banyak orang, maka bermacam pula jalan yang ditentukan Tuhan untuk jalur sukses dalam hidupnya. Mungkin, jalurku bukanlah sesuai pintamu itu. Ingat, aku boleh-boleh saja menyayangimu, aku boleh-boleh saja mencintaimu, tapi satu hal yang perlu kau ingat. Nasehatilah aku kapan saja kau mau, tapi jangan samakan aku dengan siapapun. Sebab aku adalah aku, dan aku mempunyai jalan hidupku sendiri.

Aku jujur karena aku tak mau mengecewakanmu nanti. Padahal, jika kusembunyikan segalanya, kau tak akan pernah tahu itu. Ah, sudahlah. Apapun ceritanya, apapun kisahnya, kau jangan sering-sering makan mie, nanti lambungmu kambuh, dan jangan banyak makan es, nanti hidungmu susah bernafas. Karaokean boleh-boleh saja, ingat waktu saja. Belajar yang rajin dan jangan lupa undang aku di hari kau memakai toga nanti.

Untukmu kukatakan, pokok melinjo itu tak pernah ada di belakang rumahku, tak pernah ada. Hal itu hanya fiksi belaka, apalabila ada nanti, mungkin baru kutanam setelah lepas denganmu, sebagai pengingat kisah cinta kita. Bukak dasar itu, sebenarnya aku malu mengatakannya, demimu semuanya terjadi. Dan terimakasih untuk pertemuan yang menyisakan bayangan pilu padaku itu.
Salam.... dari mantanmu.

Baet, 19 April 2012

Rahmat Kembali Rohadi

NEGERIKU YANG MALANG


Kuceritakan sebuah kisah dari negeriku yang malang. Semua tetua tak lagi mau membahagiakan para warga. Mereka hanya bermanis muka dalam senyuman yang menyampaikan hasrat malapetaka. Tak ada canda, tak ada tawa sebenarnya. Namun kami yang muda mencoba menggubahnya menjadi kisah yang humoris, penuh keceriaan.
Alangkah kurang ajarnya kami, jika terus berkata, berteriak dan memaki mereka. Umur yang separuh bayanya tak mengharamkan agar kami demikian. Elok tutur dari bibir tetua itu keluar. Untuk kita, untuk anak anak kita nanti. Hah, pikirku itu semua hanya goda dan asa pencapaian tahta untuknya.
Semuanya telah bersama kami rasakan sebagai warga kelas bawah. Yang bukan penjilat, bukan mahkotanya, terabaikan dari nasehat mujarab mereka para tetua.  Implementasi pada janji, acapkali sering terlupa. Bukan! Bukan lupa sebenarnya. Ia hanya meragukan pada kami yang muda berkuasa ini.
Negerin kami dibuatnya pecah, bagai butiran kaca jagung. Tapi, itu semua tak sempat terjadi. Karena kami yang muda berkuasa terus memagari langkah strategi yang menusuk itu. Hanya sebahagian kecil warga kami dapat dijadikannya umpan, layaknya alat yang memotori serangan semunya.
Untung sajalah ada beberapa tetua pula berpihak pada yang muda. Jadi, tak sempat terkecoh oleh tipu muslihatnya itu. Sebab, kami sudah tahu, ke mana arah dan tujuan dari kata kata mesra dari tetua itu.
Aku sendiri tak paham dengan mereka. Begitukah cara memajukan negeri? Harus ada konflik yang melahirkan peperangan? Anehnya lagi, pernah kubertatap muka dengan sorang tetua. Kudengar tuturnya, sangat merasuk, membuwai terbang ke angkasa, membawa negeri ke puncak dunia. Pun suatu ketika pula, kudengar berita tentang hal yang sama pula. Berbeda, sangat jauh berbeda dalam cocornya kala denganku.
Ehm,,,
Biarlah begitu. Mungkin jika hasratnya sudah tiba, aku, kami yang muda dan para warga lainnya bisa mengecap sebuah nikmat dari suksesnya. Malam ka julanyoe,,, ase that teuga di kriek, ku eh ile beuh

Tanggul Kenangan, 5 Oktober 2011

BUKIT TINGGI


Sore itu hening kediamanku

Kau datang penuh tatapan

Matamu tajam, serasa mengerdip pun tak rela

Kau sodorkan sehelai kaus berwarna abu-abu

Yang bertuliskan sebuah kota di sumbar

"Bukit Tinggi"

Ya, Bukit Tinggi

KAKAK


Kakak,..
Aku tak tahu apa salahku
Jelas, tak kupahami makna kebisuan ini
Semula biasa saja adanya

Pernah kudengar kata darimu
"Kuharap tidak ada yang berubah"
Nah, sekarang kenapa?
Engkau diam membisu

Andai bertanya tanya itu salahku
Ya, hari ini aku minta maaf

By Kembali Rohadi

LEBARAN


Dalam kurun setahun
kita telah dapat menikmati indahnya hidup
semua anugerah-Nya tertuang pada kita

Besok, hari besar kita umat muslim tiba
pertanda bulan yang penuh berkah telah usai
Maka, mulailah kita dengan lembaran baru

So, hendaknya kita mengisinya dengan semua hal kebaikan
karena belum tahu kita apa yang akan terjadi esoknya
masih dapatkah kita berjumpa lagi bulan Ramadan atau tidak
karena ajal ada di tangan-Nya
tidak bisa dipercepat maupun ditunda
meskipun hanya sedetik saja

Marilah mengawalinya dengan saling maaf memaafkan
agar kita terlahir suci kembali

Saya, Rahmat Rohadi dan Keluarga
Mengucapkan selamat hari Raya Idul Fitri
minal aidhin wal fa idhin
m0h0n maaf lahir dan batinKembali Rohadi

JANJIKU JUA JANJIMU


Pernah kau berjanji padaku
Aku juga berjanji padamu
Sama,...
Janji kita sama

Kelak hari lebaran tiba
Kau ke rumahku, pun aku ke rumahmu
Tapi sekarang hanya mimpi
Mimpiku semalam

Aku tahu,...
Bukan niatmu meninggalkan janji
Tapi takdir-Nya yang sudah dahulu menjemputmu

Sudahlah,..
Jangan kau pikirkan aku
Aku akan mendoakanmu selalu
Kumohon padamu
Maafkanlah aku
Jika aku salah padamu

Putusan Sufla Ulliya


Cemara itu bergoyang rapi mengikuti arah angin. Pasangan kasih duduk mesra di bawah pokoknya. Di tepi kali, kian membungkah cerita cinta, mesra dan tak terlepas duka juga. Aku duduk melentang di sana menanti sebuah keputusan datinya, aku atau dia.

Tiba-tiba aku dikagetkan oleh sebuah sms darinya. "Kak, sabar ya" aku tak mengerti dengan makna semua itu. Lalu, kucoba menghubungi, namun gagal dan sampai berulang kali, nomornya tetap tak aktif. Kubiarkan saja, pikirku itu gundah untuk sementara waktu. Sebab dia lagi pulang ke kampung nenek, yang katanya sinyal kurang memuaskan di tempat itu.

Berselang dua jam, sms darinya masuk lagi. Aku masih di tempat semula. “Kak, adx udah nyampek nie di rumah nenek, Kakak pain tuh..?” tanyanya lewat sms. Muka sedikit menampilkan senyum, hati riang, kegundahan senyap sejenak. Sekejab itu pula, semuanya kembali redup. Teringat tentang pembicaraan semalam dan sms-nya yang pertama kali tadi.

Kucoba menghubunginya, kali ini beda dengan tadi. Panggilan ku masuk ke hp-nya dan dia menerimanya. Pembicaraan mulai terlaksana. Aku menanyakan tentang sms itu. Sufla menjawabnya dengan singkat, “Itu untuk yang Kakak tanyakan semalam.” Aku juga tak mengerti dengan kata-katanya itu. Sebab yang aku tanyakan lain, jawabannya lain, begitu pikirku.

Ayahnya mendekati, ia mengakhiri percakapan. Memang Sufla sangat takut pada ayahnya jika telfonan dengan seorang lelaki. Anak yang patuh dan turut pada orang tuanya ini membuat aku semakin sulit untuk melupakannya.

“Kak, semuanya hanya untuk kakak. Adx akan menunggu kakak datang meminta pada ayah kak, tapi semuanya tunggu adik menyelesaikan kuliah dulu kak. Kita serahkan saja pada Allah kak ya?” kata itu masuk berselang 10 menit usai percakapan kami. Ah, sungguh tak kusangka jawaban yang kuharapkan itu mencuat jadi nyata. Aku tak tahu harus mengatakan, atau mengibaratkan bagaimana kebahagaiaanku hari itu.

Aku bergegas pulang, sebab sebentar lagi ada diskusi dengan teman-teman komunitas menulisku. Sampai di rumah aku mandi, berpakaian rapi, tak seperti biasanya. Sebab aku ingat kata-katanya dulu, ayahnya sangat tidak senang melihat lelaki berpakaian tidak rapi. Ya, kucoba saja membiasakan diri dengan tuntutan orang tuanya itu. Sebenarnya bukan mencoba, namun mengulang saja. Dulu, aku memang seorang yang gemar rapi-rapian dan enggan lusuh-lusuhan.

Malamnya Sufla sudah di kediamannya. Kami kembali melakukan percakapan lewat hp. Dia banyak membuatku terkesima dengan sikap dan sifatnya. Walau terlihat pemalu, namun dia berani mengatakan apa yang sebenarnya mesti dikatakan padaku. Segala keputusan ada pada ayahnya, sekarang kami hanya menjalani saja. Begitu ujarnya malam itu padaku, seraya meyakinkan bahwa dia hanya berusaha, dan yang menentukan adalah ayahnya dan Tuhannya.

Meskipun demikian, walau itu dustanya, tipunya, aku percaya sangat padanya, Ya, sebenarnya benar yang dikatakannya itu. Orang tua tentu ingin yang terbaik utuk anaknya. Dan sejak saat itu, aku mulai menanamkan niat, untuk bisa meraih orang tuanya. Dalam penantianku untuknya, akan kusematkan tiap malam namanya dalam syair-syairku. Aku berjanji, akan menciptakan sebuah momen indah saat pesta pernikahan kami nanti, sesuai pintanya. Mungkin saja, peluncuran sebuah buku tentang aku dan dia.

Banda Aceh
Penulis adalah Pegiat KMJ 

Sufla Ulliya


Rerumputan dan dedaunan masih basah oleh embun. Fajar hampir menyingsing ke permukaan langit. Burung-burung sudah riuh di sarangnya hendak mencari rezeki pagi-pagi. Di sini, di tanggul inilah aku selalu berada kelak jika aku ingin menelfonmu. Ulliya, di tambak ikan itu air beriak kecil, ikan kecil-kecil menari-nari. 

Dua tahun yang lalu, saat aku dalam keadaan galau dengan musibah yang menimpaku. Melalui akun facebook, aku menyapanya. Seorang gadis yang pemalu, kelahiran tahun 1993 itu. Namanya Sufla Ulliya. Namun dia sangat senang jika di sapa dengan Ulliya. Gadis yang berkuliah pada jurusan Tarbiyah Bahasa Inggris di IAIN SU ini menjadi seorang motivasi dalam melanjutkan kisah hidupku. 

Tak kusangka, gadis ini memiliki hati mulia, sikap ramah dan tentu saja memiliki senyuman yang sangat manis. Dua tahun kami melakukan komunikasi lewat hape, tanpa ada bertatap muka. Tapi, aku maupun dia, terasa akrab bagaikan ada hubungan persaudaraan. 

Berawal pada subuhku yang kesepian, hanya ditemani laptop yang kupinjam dari kawanku. Aku membuka facebook, lalu muncul di dindingku sebauah nama. Anis fakhriyah, ya kalau tak salah nama itu. Kukirimi pesan padanya, “Salam kenal.” Dia memberi sebuah jawaban yang santun. “Iya kak, salam kenal juga.” Berawal dari sinilah ceritaku dengannya. 

Panjang percakapan kami melalui pesan di facebook subuh itu. Hingga saling beri nomor hape. Komunikasi pun mulai terlaksana lewat hape. Ocehan-ocehannya membuatku semakin penasaran ingin selalu dekat dengannya. Aku juga banyak bercerita tentang kisah suram dalam hidupku pada dirinya. Semuanya ditanggapinya dengan baik, dan juga memberikan solusi serta semangat padaku. 

Sejak itu, komunikasi kami terus berjalan lancar. Sesekali aku juga merasa cemburu jika dia menceritakan lelaki lain. Padahal, aku bukanlah siapa-siapa bagi dirinya, hanya sebatas kenalan facebook. Ternyata, dia juga. Dia juga cemburu jika bercerita demikian. Kurasa saat itu batin kami sudah mulai menyatu. 

Sebuah pagi, mungkin saat matahari sepenggalahan, aku menelfonnya. Kali itu, kami bercanda sangat heboh. Ibunya ada bersamanya waktu itu. Aku bertanya, “Harga bukak dasar adik berapa..?” “Apanya, Kak?” balasnya. “Mahar untuk meminang adik itu berapa?” jelasku. Dia dan ibunya memecahkan tawa sangat besar pagi itu. Aneh katanya diriku, sebab mencuatkan kata “buka dasar” padanya. Sejak itu pula ibunya menyebutku dengan sebutan Buka Dasar. 

Tahun baru tiba. Tepat pada tangga 01 Januari 2012, kala bulan sudah bekerja menerangi dunia dari gelapnya malam, saat para bintang juga menari memperindah malam, suasana berubah. Dulu yang hanya sebatas kenalan facebook, hanya sebatas komunikasi kakak dan adik, tapi beranjak menjalin hubungan kasih sayang. Keyakinan itu tak tahu dari mana datangnya, kepercayaan itu juga tak tahu dari mana asalnya, namun aku percaya dan yakin akan dirinya. Setidaknya, aku bisa merasakan kembali sedikit kebahagiaan yang dulu pernah kurasakan dengan mereka-mereka yang telah pergi meninggalkanku selamanya. 

Malam itu, ada rayu dan goda. Dia tertawa. Aku bertanya, “Kenapa kau tertawa?” Dia senyum-senyum kecil, seraya mengutarakan kata iya atas kesepakatan membina hubungan cinta. Lalu, kutanyakan kabar Pinokio, ya itu nama lelaki itu, katanya. Ringkas saja dia menjawab, “Adik memang udah ga betah lagi dengannya, Kak. Namun adik ga mau, adik yang memutuskan hubungan kami. Sebab adik takut dia bunuh diri, begitu katanya pada adik, Kak!!!” Kupikir benar juga rupanya kata adikku ini. Lelaki cengeng, mengharap cinta sang gadis dengan ancaman bunuh diri, eh eh lemah kalilah kau Pinokio. 

Aceh, 21 Januari 2012

AKU SUKA


Aku suka
Lapak dosa yang baru itu
Aku suka

Di atas kereta berpeluk mesra
Ah, asyiknya
Malam nan dingin mendayu nafsu
Merona jalan pintu neraka

Duduk bergandeng dua
Dalam jarak pandang tak tempuh mata
Bersekat pada kereta
Menghadap arah celaka

Pinggir kali
Baru di buka
Janggung bakar juga sudah ada
Indahnya kita di sana
Untuk mesra dengan wanita

Tepi kali, Darussalam

BERTERIMAKASIHLAH PADA GURU-GURUMU


Berterimakasihlah
Berterimakasihlah padanya saudaraku
Sungguh tak ternilai diri mereka
Untuk-ku
Untuk-muUntuk kita
Untuk mereka
Untuk bangsa kita
Untuk negara kita

Air di bibirnya sampai kering
Kerongkongannya serak sakit
Sebab selalu menukikkan kata-kata ajar
Pada kita dan pada semuanya
Berterimakasihlah padanya
Guru-gurumu
Para pahlawan tanpa tanda jasa itu

Darussalam, 26 November 2011
Penulis adalah pegiat di Komunitas Menulis Jeuneurop

Belum Berjudul

“Biarlah waktu menjadi saksi dan memberi bukti keteguhan hati. Untuk mimpi-mimpiku yang menanti. Walau hanya dalam kurun waktu seujung denyut nadi. Biarlah, biarlah telinga bosan mendengarnya, biarlah mata muak membacanya, dan biarlah jari lelah menulisnya. Tapi, hatiku tetap akan mencarinya sampai mati. Aku tak akan pernah jemu meniliknya dari rumah ke rumah, kampung ke kampung, dan kota ke kota. Dan hanya ajal yang akan mematikan langkahku, pun batu nisan yang akan menjadi ijazah terakhirku.” Semburan kata dari kekasihku mengingat perkuliahannya yang tinggal seujung jari lagi.

Masa studinya tinggal sedikit lagi tersisa, namun ia tetap semangat menjalaninya. Aku tahu hatinya memang sedang galau, tapi ia mencoba menutupi itu padaku. Kekasihku itu cuma berpura pura tegar padaku, aku tahu itu.
Dia mengakui kesalahan dan kelalaiannya di masa lalu. Sering kali ia menyepelekan perkuliahan, ia lebih mengutamakan bermain bersama perempuan yang menjadi pacarnya di masa itu. Pun juga ada satu hal yang ia tak bisa tinggalkan, yaitu berorganisasi. Sekarang, kekasihku itu menyesali semua kehilafannya. Namun apalah yang hendak di kata, nasi pun sudah menjadi bubur.

Sisa studinya yang tinggal dua semester lagi membuat ia galau dan balau. Kenapa tidak, ia harus menyelesaikan perkuliahnya dalam masa-masa itu. Jika dia tak sanggup, maka dia akan dihadiahkan DO oleh kampusnya itu. Meskipun begitu, aku tetap mencintainya dan selalu mengalirkan doaku untuknya agar ia bisa melewati masa masa itu dengan mudah dan lapang tanpa kendala. 

Aku ingin mengusir rinduku padanya, mengunci hasrat dalam riang berjuta terang. Aku hanya berharap mimpi mimpi bersamanya datang menjalang menemani sepiku hingga hilang. Membuang candu pada bayang, kucampak bersama permainan di hari petang. Kemudian kutantang hari dengan tiada sepi lagi. Sedikit rindu pun sempat terobati dengan mimpi dan permainan. Bukan, rindu dan candu itu tak bisa sirna. Sesaat saja mungkin bisa, seketika itu pula ia akan merebah lagi dalam diri. 

Sebenarnya aku tidak berniat melupakannya, atau mengurangi rasa rinduku ini. Akan tetapi, aku tak bisa memanjakan perasaan ini hingga dia tahu. Aku tak mau, aku takut dia seperti dulu, dan aku tak mau itu terjadi lagi. Aku mencintainya, dan aku berusaha dalam doaku agar ia bisa menjalani sisa sisa studinya yang tinggal seujung kuku itu. Sebab aku yakin kekasihku itu bisa, dan dia pasti bisa.

Semangatnya kini berkobar tinggi untuk menggapai asa dan citanya yang tertinggal. Ketika gairah dan ambisinya menyala, orangtuanya tahu akan tingkahnya dulu. Huft, aku tak membayangkan bagaimana perasaan calon mertuaku itu. Kecewa, ya kata itu tepat kuberikan untuk suasana hati orangtua kekasihku itu. Oleh karena dari itu, Ayahnya marah dan Ibunya sakit mendengar berita itu. Galau dan balau bercampur-baur tak tentu rasa lagi dalam hati kekasihku yang nun jauh di seberang sana.

Bertepatan tak lama lagi pesta ulang tahunku akan dirayakan. Ia meminta agar aku memberi izin dirinya untuk hadir di acara itu. Aku sebenarnya mau, bahkan sangat mau. Namun, aku berpikir pula pada dirinya. Jika kuizinkan hal itu, berapa waktunya akan tersisa. Sementara masa studinya secuil lagi. Kuputuskan bahwa dia tak bisa datang ke pestaku. Kukatakan padanya, “Kak nanti saja, jika libur tanglah ke rumah. Kita akan buat pesta berdua dan keluarga Adek.” Ujarku menenangkan hatinya.

Memang aku mengatahui dia sedikit kecewa dengan keputusanku itu. Akan tetapi, aku terlalu takut dia menderita lagi. Aku takut Ayahnya yang mau memberikan kesempatan ke dua itu akan kecewa lagi, dan Ibunya yang baru saja pulih akan sakit kembali. Aku menginginkan dirinya, juga keluarganya sebagai bagian dari hidupku.

Rahmat Kembali Rohadi

PESTA MASAK


Kebersamaan itu akan lahir jika kita mau menciptakannya, bukan hanya mengucapkan dengan bibir bibir mungil itu saja tanpa implementasi sedikit pun. Hal itu sudah terlihat pada kepengurusan IMPAKS perode ini, yang selalu berusaha menghadirkan kebersamaan dengan berbagai cara. Bukan aku mengatakan periode sebelumnya tidak melakukan hal itu, bisa jadi lebih darinya. Kali ini, kami bercerita dulu tentang periode sekarang. Karena aku kurang mengetahui, dan aku tak mau berkata yang tidak ada, atau mentiadakan yang pernah ada tentang sebelumnya.

Sedikit kucoba menceritakan Pesta Masak untuk Maulid Nabi Muhammad Saw. Bagaimana rekan rekan pengurus membina kebersamaan, merenda tawa, canda walau terkadang ada kesal membakang dalam hati. Itulah kemesraan, itulah keindahan, dan patut dipahami sebuah tujuan itu harus melewati proses. Terkadang Proses itu suka untuk kita jalani, dan ada pula masanya kita enggan untuk melaluinya. Misalnya Pesta Masak itu. Awalnya tak ada yang mau melaksanakannya, banyak usulan yang tiba pada proses mencari keputusan. Ada yang memberi usul agar dibeli saja, tanpa harus masak memasak. Lalu, mereka kembali pada landasan awal. Bagaimana membina keharmonisan, dan kebersamaan itu jika tak ada lagi momen seperti bekerja bersama sama.

Berat sama dipikul, dan ringan sama dijinjing. Owh,, kata yang selalu digembar gemburkan menjadi motivasi bagi rekan rekan perempuan untuk melakukan Pesta Masak untuk acara itu. Sebagai mana sosok Ketua mengatakan, “Bukan masalah dana yang mengharuskan kita untuk memasak, tapi pencitraan kebersamaan itu yang tak ternilai harganya. Andai saa kita membeli, apa yang dapat kita lihat dari usaha kita. Jangankan kita! Anak SD juga bisa melakukannya. Tak perlu anggota banyak kalau semuanya hanya mengandalkan kata beli, beli, dan beli.” Ocehan Ketua yang memberi pencerahan pada rekan rekan pengurus.

Pesta itu terlaksana. Aku dapat mengutip banyak keindahan dan pengalaman setelah mendengar cerita berlangsungnya Pesta Masak itu. Pertamanya, saja kita bisa mengukur tingkat kepedulian rekan rekan lainnya, siapa dan siapa saja yang mau. Pun demikian, patut kita beri apresiasi yang baik untuk langkah awal dari niat mereka mereka itu. Meski hanya sedikit jumlah mereka dalam Pesta Masak malam itu, tapi itulah proses. Aku yakin ke depannya lagi pasti akan bertambah banyak, pasti itu. Insyaallah..

Bagimana Ervina, merelakan kediamannya sebagi tempat berlangsungnya Pesta Masak. Bagaimana pula, sosok Helni yang meninggalkan jadwal apel dengan Abangnya yang baru saja ia temui diwaktu besar ini, mungkin kalau punya jadwal. Lain lagi Ulva, ia jauh-jauh datang menuju ke tempat acara itu.

Aku memohon maaf juga kepada rekan-rekan yang juga mungkin ikut malam itu, namun tak sempat kusebutkan di sini. Itu tak lain, aku hanya mendengar sedikit cerita dari pesta kalian malam itu. Sebab, usaha kalian itu tanpa pamrih, rela begadang sampai pagi, demi kita, demi Organisasi kita, demi IMPAKS kita tercinta ini.

Setelah aku mendengarkan beberapa cerita tentang malam itu. Sedikit aku ingin berpesan pada Ulva. Jikalaulah tidur berusahalah untuk selalu siap dan siaga, jangan seperti manusia pingsan. Ingat, alam kita masih banyak maling, masih ada kejadian kejadian, bukan  kupinta, itu cuma sekedar ketakutanku saja, seperti kata Pak Ketua. Kenapa tidak aku berkata begitu! Pasalnya, ketika Anggi dan Helni ingin membangunkannya dengan suara Blender, yang Blender dihidupkan tepat di depan telinganya, ia masih tetap dalam kondisi meu alang alang buana, tak tahu sama sekali. heheheee

Pada Anggi juga kupesankan dalam ceritaku ini. Jika kondisi memungkinkan, begadang untuk acara itu tak apalah. Tapi ingat, kalau tidak salah aku mengingat tentangnya, ia baru saja sakit dan sempat dirawat. Maka dari itu, kebersamaan perlu, dan kesehatan juga diutamakan.

Hahahahaa.. yang satu ini aku bercerita lain. Gadis bernama Helni ini memang sudah berpengalaman tingkat tinggi dalam
Pesta Masak yang menciptakan kebersamaan. Dia tak perlu kukawatirkan lagi, biar saja ia mengalir mengikuti jejak angin. Badannya yang semakin besar, membuat aku tidak merisaukan dengan kondisinya. Lebih lagi, ia memang sudah sering melakukan hal itu dengan Organisasi dari kampungnya, dan tak asing lagi bagi dirinya.

Andai saja semua Ibuk Bidan cepat mngantuk, maka banyak ibu-ibu yang ingin melahirkan harus menunggu ia bangun dari tidurnya. Pasalnya, Ervina yang tak lama lagi akan menjadi seorang Ibuk Bidan itu cepat sekali melepaskan malam dan bermain bersama gurauan kadam-kadamnya, mungkin.  Ah, tidak sajalah. Ia memang mengantuk malam itu, tapi aku berharap jangan seperti yang diceritakan rekan rekannya itu. Membangunkan dari tidur mudah, namun tidak mudah untuk melajukan aktivitasnya.

Tapi, satu hal yang patut aku kampanyekan pada orang orang. Masakan mereka enak lho, dan lezat juga pastinya. Di usia mereka memang harus sewajarnya bisa memasak, namun hal  itu sudah jarang aku melihatnya sekarang. Oleh karena mereka sudah telaten dalam memasak itu, aku pikir tak ada salahnya juga aku, atau yang lainnya menjadikan mereka sebagai calon Ibu dari anak anakku, tau kita kelak. Terserah mau yang mana, dan kembali juga pada mereka keputusannya.

Hahahaahahahahahhahhaahahhaha
Maaf pada semua pihak yang kami sebutkan di atas, dan jika ada yang kurang berkenan harap segera melaporkannya.

Sekret IMPAKS, 9 April 2012

Romantis Jangan Lebay

Riuhnya suara ombak membuat akmal yang sedang duduk di tepi pantai terganggu. Lebih lagi suara angin kencang yang tak seperti di inginkannya. Dia yang sedang mencari inspirasi, imaji agar dapat memenuhi tantangan seorang gadis yang membuat dia ingin memiliki kekasih kembali. Padahal setelah kenangan pahit  menimpa dirinya, Akmal telah melupakan semuanya.
Kenangan yang sulit dilupakan dan terlalu sakit bila dirasakan. Akmal  sempat stres dengan kejadian itu. Namun dengan mudah gadis itu bisa menenangkan hatinya. Jika bukan karena sosok cewek cantik ini, mungkin kita tidak tahu keberadaan Akmal sekarang.
Memang sulit dibayangkan. Tapi kejadian itulah yang dirasakan Akmal. Kejadian menimpanya, terlalu sakit. Andai saja kita ditinggal orang yang kita cintai hanya karena ia memilih  laki-laki  lain, walaupun sedih dan kecewa, tapi kita masih bisa melihatnya bahagia dengan pilihannya. Namun, jika dia pergi meninggalkan kita untuk selama lama, alangkah sakit, tak bisa kita bayangkan. Itulah kenyataan yang harus dirasakan Akmal tiga bulan lalu.
Duka yang amat mendalam di hati Akmal tak berlarut lama. Sosok Eva, ya Eva nama gadis yang memberi ia tantangan. Eva muncul bagai penawar luka lara dalam hidup Akmal. Eva ia kenal melalui salah satu sahabatnya, Lisa. Membuat akmal kuat dan bisa menepis semua kesuraman Akmal. Gadis yang berkuliah di jurusan SPH Syariah IAIN ar-raniry itu, mampu mengerucutkan luka lara di hatinya. Kehadiran Eva bagi Akmal tepat bisa dikatakan bagai aur penyangga tebing yang ingin runtuh di landa banjir.
***
Tak lama Akmal duduk di tepi pantai yang sangat bising dengan riak gelombang di terjang badai santai, ia lalu beranjak pulang ke rumah. Lelah dan penat tak terasa oleh Akmal. Ia masih terfikir pada kata-kata Eva. Jika Ia ingin mengungkapkan perasaan cintanya pada Eva, cuma satu cara, dengan kata-kata romantis tapi jangan lebay. Eva beralasan bahwa tantangan diberikannya pada Akmal, agar hubungan mereka memiliki sejarah yang sulit dilupakan.
Kemudian Akmal tidur melentang di atas sebuah kasur, dengan meletakan tagan kanan di atas keningnya. Ia terus berpikir dan memikirkan tentang tantangan Eva. Sehingga ia terlelap dalam pikirnya.
Deringan nada di hape miliknya berbunyi. Cukup keras terdengar di telinganya, sehingga ia tersentak dari tidur. Akmal melirik ke arah hape. Tiba-tiba ia bergegas mengambilnya dan meneruma telefon. Ternyata Eva, sosok gadis yang menjadi penawar bagi dirinya itu yang memanggil.
“Hallo..!!” Seru Eva
“Iya sayang!!” Sahut Akmal
“Ada buah-buahan ni Bang, baru nyampek dari kampung, nanti ke kost ya Bang !!” tutur Eva dengan nada agak sedikit berharap kehadiran Akmal.
“Oke dech. Tapi Abang mandi dulu ya sayang !!” Jawab Akmal.
“Ya Allah Abang...? Jam segini belum mandi?” Tanya Eva dengan nada tinggi.
“Emangnya udah pukul berapa ?” Tanya Akmal pada Eva
“Lihat aja sendiri.” Seru Eva dengan nada kesal padanya.
“Ya Allah adx...? Kok gitu jawabnya?” Sergah Akmal.
“Udah pukul delapan Abangku sayang!” Kata Eva
“Ya udah, pergi terus sana mandi Bang !” sambung eva
“Ya udah, Abang mandi dulu sayang ya !!” balas Akmal
“Iya sayang.” Tutur Eva.
Memang mereka belum pacaran. Akan tetapi himbauan-himbauan kata Sayang, tak diherankan lagi di antara mereka berdua. Sebenarnya mereka memang sudah hampir seperti orang yang menjalin hubungan kasih sayang atau berpacaran kata anak-anak zaman sekarang. Namun, tak tau apa diharapkan Eva pada permintaannya tentang kata kata romantis jangan lebay. Hingga Akmal sudah hampir mabuk kepayang tuk memikirkannya.
Setelah percakapan melalui Hape selesai, Akmal lansung pergi mengambil handuk, lalu menuju ke kamar mandi. Selesai mandi ia pun melangkah menuju ke kost Eva.
Di tengah perjalanan, Akmal berpikir bahwa tidak ada kata-kata romantis yang tidak lebay. Sepengetahuannya, kata-kata romantis itu pasti ada unsur hiperbola, apalagi kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta pada seorang wanita.
Setelah berpikir pikir, sekejab itu pula Akmal mengambil keputusan dan berubah pikiran. Jika memang Eva mencintai dan menyayanginya, tidak perlu kata-kata romantis jangan lebay sekalipun, pasti Eva akan mau menerima cintanya. Prinsip itu di pegang Akmal. Dia berniat ingin mengungkapkan perasaan cintanya pada gadis yang menjadi penawar dalam dirinya itu.
Setibanya di depan kost Eva, keluar seorang sosok wanita muda yang sangat memikat hatinya.
“Bang! Sini duduk.” Seru Eva sambil menyodorkan sebuah kursi yang ada di depan teras kostnya.
“Iya dx!” ia mendekati Eva dan duduk di kursi itu dengan tidak melorotkan matanya sedikitpun memandang Eva.
“Bang, kok lihat Eva gitu?” Tanya Eva penuh keheranan melihat tingkah Akmal.
“Kamu cantik banget malam ini.” tutur Akmal dengan lembut seraya mencampak senyumnya pada Eva.
“Lebay.......!!!” balas Eva.
Hahahahaha.....
Keduanya tertawa riang..
Dalam suasana ceria penuh canda, Akmal memulai percakapan serius dengan Eva.
“Eva..!! boleh gak kita bicara serius bentar?” Gumam Akmal membuka pembahasan.
“Boleh Bang, ada apa Bang?” Pungkas Eva sambil menajamkan matanya.
“Jujur, Abang telah lelah mencari, penat untuk memikirkan permintaan dari Eva. Namun, sampai detik ini juga, belum bisa Abang temukan.” Sambung Akmal.
“Ya Allah Abang...!!, jangan terlalu dipikirkan Abang!” Sergah Eva.
“Abang benar-benar sayang, cinta dan butuh kamu Eva. Semua permintaanmu pasti akan Abang usahakan. Tetapi yang satu ini, romantis jangan lebay  telah letih Abang menguaknya dari persembunyian kata-kata romantis.” Papar Akmal sambil menjelaskan usahanya selama ini.
“ Kok sampai segitunya Bang?” Kembali Eva bertanya.
“Karena Abang butuh cinta dari kamu, sangat Abang harapkan kasih sayang dari Eva.” Cocor Akmal lagi
“Eva! maukah kamu menjadi kekasih Abang? Pinta Akmal pada Eva dengan mimik wajah sangat berharap.
Eva terdiam. Ia memandang Akmal yang sangat berharap akan cintanya. Sebenarnya, Eva bukan tidak mau untuk menerima cinta Romy, tapi dia hanya ingin menghargai almarhum mantan pacar Akmal yang baru saja meninggal itu.
“Bang kok buru-buru ?” Tanya Eva.
“Cinta jika buru-buru tidak akan bertahan lama dan bahagia nantinya bang! santai saja, Eva pasti akan jadi milik Abang, tapi jangan sekarang.” Sambung Eva menambahkan kata-katanya.
“Sampai kapan Abang harus menunggu? Apakah sampai kata-kata romantis jangan lebay itu Abang temukan?” Sahut Akmal dengan penuh tanda tanya.
“Ya Allah Abang...!!” spontan sergah Eva.
“Jika itu merupakan persyaratannya, maaf Abang tidak bisa memenuhi. Semua itu sama dengan  pungguk merindukan bulan Va, tidak akan kunjung tiba.” Pungkas Akmal kembali.
“Abang...!! itu bukan syarat. Sebenarnya Eva juga menyayangi Abang!!. cobalah Abang lihat dari sikap Eva terhadap Abang. Jika Eva tidak mau jadi pacar Abang, ngapain Eva panggil-panggil pada Abang dengan kata-kata Sayang, perhatian pada Abang, kenapa Bang...?” Eva balas bertanya.
“Jadi kenapa kamu tak mau sekarang? Apakah kamu masih meragukan cinta Abang?” Ujar Akmal bertanya lagi.
“Ya Allah Abang..!!” seru Eva lagi pada Akmal.
“Abang mau tau kenapa? Saya perempuan juga Bang. Ingat, almarhum Kakak mantan pacar Abang? Baru tiga bulan dia meninggal Bang, biarkanlah Dia tenang dulu disana !!” Papar Eva dengan sedikit agak kesal terhadap sikap Akmal yang memaksaknya.
Akmal kemudian menunduk setelah mendengarkan kata-kata dari Eva. Ia merasa malu pada Eva, yang lebih menghargai si Lia mantan pacarnya, dari pada Akmal sendiri. Dia juga merasa bersalah terhadap mantan pacarnya itu.
“Untuk sekarang kita jalani saja begini ya Bang! kita tunggu waktu yang tepat, Abang jangan takut, Eva setia kok pada abang.” Kembali Eva bertutur meyakinkan Akmal.
“Terimakasih sayang,! Abang telah hilaf!” Kata Akmal dengan wajah tak karuan.
“Sudah Eva katakan kemaren pada abang, anggap saja kita sudah jadian tapi belum sah. Kalau masalah romantis jangan lebay, itu cuma alasan agar dapat menunda-nunda Abang, biar jangan terlalu cepat.” Sambung Eva dengan tersenyum merona pada Akmal.
“Lebay......!!” Sahut Akmal dengan singkat.
Ha ha ha ha ....
Keduanya pun tertawa. Sebab biasanya kata kata lebay, selalu keluar dari mulut gadis cantiknya. Sekarang malah keluar dari Akmal yang sengaja untuk mengikut-ikuti kata-kata Eva.
Sejak malam itu, Akmal mulai mengetahui apa isi hati Eva sebenarnya. Dia tidak akan bosan menunggu hari-hari yang dinantikan itu tiba menghampiri mereka. Mungkin mereka bisa lebih saling mengenal, memahami satu sama lain, selama masa menunggu saat-saat itu muncul di depan mereka.
Banda Aceh, 11 november 2010