Selasa, 20 November 2012

PESTA MASAK


Kebersamaan itu akan lahir jika kita mau menciptakannya, bukan hanya mengucapkan dengan bibir bibir mungil itu saja tanpa implementasi sedikit pun. Hal itu sudah terlihat pada kepengurusan IMPAKS perode ini, yang selalu berusaha menghadirkan kebersamaan dengan berbagai cara. Bukan aku mengatakan periode sebelumnya tidak melakukan hal itu, bisa jadi lebih darinya. Kali ini, kami bercerita dulu tentang periode sekarang. Karena aku kurang mengetahui, dan aku tak mau berkata yang tidak ada, atau mentiadakan yang pernah ada tentang sebelumnya.

Sedikit kucoba menceritakan Pesta Masak untuk Maulid Nabi Muhammad Saw. Bagaimana rekan rekan pengurus membina kebersamaan, merenda tawa, canda walau terkadang ada kesal membakang dalam hati. Itulah kemesraan, itulah keindahan, dan patut dipahami sebuah tujuan itu harus melewati proses. Terkadang Proses itu suka untuk kita jalani, dan ada pula masanya kita enggan untuk melaluinya. Misalnya Pesta Masak itu. Awalnya tak ada yang mau melaksanakannya, banyak usulan yang tiba pada proses mencari keputusan. Ada yang memberi usul agar dibeli saja, tanpa harus masak memasak. Lalu, mereka kembali pada landasan awal. Bagaimana membina keharmonisan, dan kebersamaan itu jika tak ada lagi momen seperti bekerja bersama sama.

Berat sama dipikul, dan ringan sama dijinjing. Owh,, kata yang selalu digembar gemburkan menjadi motivasi bagi rekan rekan perempuan untuk melakukan Pesta Masak untuk acara itu. Sebagai mana sosok Ketua mengatakan, “Bukan masalah dana yang mengharuskan kita untuk memasak, tapi pencitraan kebersamaan itu yang tak ternilai harganya. Andai saa kita membeli, apa yang dapat kita lihat dari usaha kita. Jangankan kita! Anak SD juga bisa melakukannya. Tak perlu anggota banyak kalau semuanya hanya mengandalkan kata beli, beli, dan beli.” Ocehan Ketua yang memberi pencerahan pada rekan rekan pengurus.

Pesta itu terlaksana. Aku dapat mengutip banyak keindahan dan pengalaman setelah mendengar cerita berlangsungnya Pesta Masak itu. Pertamanya, saja kita bisa mengukur tingkat kepedulian rekan rekan lainnya, siapa dan siapa saja yang mau. Pun demikian, patut kita beri apresiasi yang baik untuk langkah awal dari niat mereka mereka itu. Meski hanya sedikit jumlah mereka dalam Pesta Masak malam itu, tapi itulah proses. Aku yakin ke depannya lagi pasti akan bertambah banyak, pasti itu. Insyaallah..

Bagimana Ervina, merelakan kediamannya sebagi tempat berlangsungnya Pesta Masak. Bagaimana pula, sosok Helni yang meninggalkan jadwal apel dengan Abangnya yang baru saja ia temui diwaktu besar ini, mungkin kalau punya jadwal. Lain lagi Ulva, ia jauh-jauh datang menuju ke tempat acara itu.

Aku memohon maaf juga kepada rekan-rekan yang juga mungkin ikut malam itu, namun tak sempat kusebutkan di sini. Itu tak lain, aku hanya mendengar sedikit cerita dari pesta kalian malam itu. Sebab, usaha kalian itu tanpa pamrih, rela begadang sampai pagi, demi kita, demi Organisasi kita, demi IMPAKS kita tercinta ini.

Setelah aku mendengarkan beberapa cerita tentang malam itu. Sedikit aku ingin berpesan pada Ulva. Jikalaulah tidur berusahalah untuk selalu siap dan siaga, jangan seperti manusia pingsan. Ingat, alam kita masih banyak maling, masih ada kejadian kejadian, bukan  kupinta, itu cuma sekedar ketakutanku saja, seperti kata Pak Ketua. Kenapa tidak aku berkata begitu! Pasalnya, ketika Anggi dan Helni ingin membangunkannya dengan suara Blender, yang Blender dihidupkan tepat di depan telinganya, ia masih tetap dalam kondisi meu alang alang buana, tak tahu sama sekali. heheheee

Pada Anggi juga kupesankan dalam ceritaku ini. Jika kondisi memungkinkan, begadang untuk acara itu tak apalah. Tapi ingat, kalau tidak salah aku mengingat tentangnya, ia baru saja sakit dan sempat dirawat. Maka dari itu, kebersamaan perlu, dan kesehatan juga diutamakan.

Hahahahaa.. yang satu ini aku bercerita lain. Gadis bernama Helni ini memang sudah berpengalaman tingkat tinggi dalam
Pesta Masak yang menciptakan kebersamaan. Dia tak perlu kukawatirkan lagi, biar saja ia mengalir mengikuti jejak angin. Badannya yang semakin besar, membuat aku tidak merisaukan dengan kondisinya. Lebih lagi, ia memang sudah sering melakukan hal itu dengan Organisasi dari kampungnya, dan tak asing lagi bagi dirinya.

Andai saja semua Ibuk Bidan cepat mngantuk, maka banyak ibu-ibu yang ingin melahirkan harus menunggu ia bangun dari tidurnya. Pasalnya, Ervina yang tak lama lagi akan menjadi seorang Ibuk Bidan itu cepat sekali melepaskan malam dan bermain bersama gurauan kadam-kadamnya, mungkin.  Ah, tidak sajalah. Ia memang mengantuk malam itu, tapi aku berharap jangan seperti yang diceritakan rekan rekannya itu. Membangunkan dari tidur mudah, namun tidak mudah untuk melajukan aktivitasnya.

Tapi, satu hal yang patut aku kampanyekan pada orang orang. Masakan mereka enak lho, dan lezat juga pastinya. Di usia mereka memang harus sewajarnya bisa memasak, namun hal  itu sudah jarang aku melihatnya sekarang. Oleh karena mereka sudah telaten dalam memasak itu, aku pikir tak ada salahnya juga aku, atau yang lainnya menjadikan mereka sebagai calon Ibu dari anak anakku, tau kita kelak. Terserah mau yang mana, dan kembali juga pada mereka keputusannya.

Hahahaahahahahahhahhaahahhaha
Maaf pada semua pihak yang kami sebutkan di atas, dan jika ada yang kurang berkenan harap segera melaporkannya.

Sekret IMPAKS, 9 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post